Gen Z di China Mulai Meninggalkan Barang Mewah, Beralih ke Produk Replika Berkualitas (KW)
Money Now21- Generasi Z di China kini memperlihatkan perubahan signifikan dalam kebiasaan belanja mereka, terutama dalam hal barang-barang mewah.
Di tengah kondisi ekonomi global yang tidak menentu, anak muda di China mulai mengurangi pembelian produk-produk asli dari merek-merek ternama seperti Louis Vuitton, Chanel, dan Prada.
Sebagai gantinya, mereka semakin banyak beralih ke produk replika berkualitas tinggi, atau yang biasa dikenal sebagai barang tiruan (KW).
Tren ini menarik perhatian dari berbagai pihak, termasuk industri mode dan para analis pasar.
Meski daya beli Generasi Z—mereka yang lahir antara tahun 1995 hingga 2010—terbilang cukup kuat dibandingkan generasi sebelumnya, banyak dari mereka kini lebih cermat dalam mengelola pengeluaran.
Mereka mulai mempertimbangkan kembali nilai dan manfaat dari membeli barang-barang mewah.
Sebagian besar anak muda ini lebih fokus pada fungsi dan estetika, bukan hanya sekadar gengsi dari kepemilikan merek ternama.
Sebagai gambaran, harga sebuah tas Louis Vuitton asli bisa mencapai ribuan dolar AS, sedangkan produk replika dengan desain dan kualitas yang hampir sama dijual hanya dengan harga sepersepuluhnya.
Oleh karena itu, banyak anak muda yang merasa lebih bijaksana dengan beralih ke produk replika, yang memungkinkan mereka tetap tampil bergaya tanpa menguras kantong.
Salah satu alasan utama perubahan ini adalah ketidakpastian ekonomi yang dipicu oleh pandemi serta ketegangan geopolitik global.
Meskipun ekonomi China masih tumbuh, perlambatan ekonomi global tetap memengaruhi sebagian besar masyarakat, termasuk kaum muda yang baru mulai meniti karier mereka.
Faktor seperti inflasi, kenaikan harga properti, serta tekanan untuk sukses di dunia kerja turut memengaruhi keputusan belanja Generasi Z.
Selain itu, nilai-nilai sosial juga mengalami perubahan. Jika dulu status sosial seseorang diukur dari barang bermerek yang dimilikinya, kini, di era digital yang didominasi oleh media visual, gaya pribadi dan penampilan lebih dihargai daripada sekadar kepemilikan barang bermerek.
Gaya hidup fast fashion yang sedang tren juga mempengaruhi peralihan ini.
Generasi muda lebih menyukai variasi dan kepraktisan, sehingga lebih memilih untuk membeli beberapa produk replika dengan harga terjangkau dibandingkan menginvestasikan uang mereka pada satu barang mewah asli yang harganya sangat mahal.
Perubahan preferensi belanja Generasi Z di China ini, menurut emerald.com, menghadirkan tantangan besar bagi industri barang mewah.
China, yang sebelumnya menjadi pasar terbesar untuk barang-barang mewah global dengan kontribusi lebih dari 20 persen dari total penjualan dunia, kini mengalami pergeseran perilaku konsumen di kalangan anak muda.
Kondisi ini memaksa merek-merek mewah untuk menyesuaikan strategi pemasaran mereka.
Sebagai respons, beberapa merek ternama mulai berkolaborasi dengan artis dan influencer lokal guna menarik minat generasi muda.
Kampanye media sosial dan kerja sama eksklusif yang mengangkat budaya lokal menjadi salah satu upaya untuk tetap relevan di pasar.
Namun, para ahli memperingatkan bahwa pendekatan ini saja mungkin tidak cukup jika perusahaan-perusahaan tersebut tidak dapat mengikuti perubahan sosial dan ekonomi yang sedang berlangsung.
Sementara itu, pasar produk replika di China terus berkembang pesat, didorong oleh permintaan yang meningkat dari Generasi Z.
Platform e-commerce seperti Alibaba dan Taobao menjadi tempat favorit bagi konsumen yang mencari replika barang mewah dengan harga terjangkau.
Meski pemerintah China telah meningkatkan upaya untuk memberantas penjualan barang palsu, pasar ini tampaknya sulit dihentikan, terutama karena kualitas produk tiruan yang semakin sulit dibedakan dari yang asli.
